RAMAYANA
Anoman
ANOMAN atau HANOMAN berwujud kera putih, tetapi dapat berbicara dan beradat-istiadat seperti manusia. Ia juga dikenal dengan nama: Anjanipura (putra Dewi Anjani), Bayudara (putra Bhatara Bayu), Bayusiwi, Guruputra (putra Bhatara Guru), Handayapati (berkekuatan yang sangat besar), Yudawisma (panglima perang), Haruta (angin), Maruti, Palwagaseta (kera putih), Prabancana, Ramandayapati (putra angkat Sri Rama), Senggana (panglima perang), Suwiyuswa (panjang usia) dan Mayangkara (roh suci, gelar setelah menjadi pendeta di Kendalisada). Anoman adalah putra Bathara Guru dengan Dewi Anjani, putri sulung Resi Gotama dengan Dewi Windradi dari pertapaan Erriya/Grastina.
Anoman merupakan makhluk kekasih dewata. Ia mendapat anugerah Cupumanik Astagina, ditakdirkan berumur panjang, hidup dari zaman Ramayana sampai zaman Mahabharata, bahkan sampai awal/memasuki zaman Madya. Anoman memiliki beberapa kesaktian. Ia dapat bertriwikrama, memiliki aji Sepiangin (dari Bhatara Bayu), aji Pameling (dari Bhatara Wisnu), dan aji Mundri (dari Resi Subali, uwaknya). Tata pakaiannya melambangkan kebesaran, antara lain: pupuk Jarotasem Ngrawit, gelung Minangkara, kelatbahu Sigar Blibar, kampuh/kain Poleng bewarna hitam, merah, dan putih, gelang/binggel Candramurti, dan ikat pinggang Akar Mimang.
Anoman tiga kali menikah. Pertama dengan Dewi Urangrayung, putri Bagawan Minalodra dari Kandabumi. berputra Trigangga/Triyangga, berwujud kera putih. Istri kedua bernama Dewi Sayempraba, putri raksasa Wisakarma dari Gowawindu, tidak memunyai anak. Anoman kemudian menikah dengan Dewi Purwati, putri Resi Purwapada dari pertapaan Andonsumawi, berputra Purwaganti.
Anoman memunyai perwatakan: pemberani, sopan-santun, tahu harga diri. setia, prajurit ulung, waspada, pandai berlagu, rendah hati, teguh dalam pendirian, kuat, dan tabah. Ia mati moksa, raga dan sukmanya lenyap di pertapaan Kendalisada.
Dasamuka
DASAMUKA atau RAHWANA adalah putra Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, raja negara Alengka. Ia memunyai tiga orang saudara kandung bernama: Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Arya Wibisana. Dasamuka juga memunyai saudara seayah lain ibu bernama Wisrawana/Prabu Danaraja raja negara Lokapala, putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati.
Dasamuka berwatak angkara murka, ingin menang sendiri, penganiaya, dan pengkhianat. Berani dan selalu menurutkan kata hati. Ia sangat sakti, memiliki aji Rawarontek dari Prabu Danaraja dan aji Pancasona dari Resi Subali. Dasamuka menjadi raja negara Alengka mengantikan kakeknya, Prabu Sumali dengan menyingkirkan pamannya, Prahasta. Ia membunuh Prabu Danaraja, kakak tirinya dan merebut negara Lokapala.
Dasamuka pernah menyerang Suralaya dan memeroleh Dewi Tari, putri Bhatara Indra dengan Dewi Wiyati. yang menjadi istrinya dan berputra Indrajid/Megananda. Dasamuka juga menikah dengan Dewi Urangrayung, putri Bagawan Minalodra, dan berputra Pratalamayam. Dari beberapa orang istri lainnya, Dasamuka berputra antara lain: Yaksadewa, Trisirah, Trimuka, dan Trimurda. Dasamuka sangat ingin memperistri wanita titisan Bhatari Sri Widowati. Ia pernah mengejar-ngejar Dewi Kusalya, ibu Prabu Rama, dan kemudian menculik serta menyekap Dewi Sinta, istri Prabu Rama selama hampir 12 tahun di Taman Argasoka negara Alengka.
Kesaktian dan keangkaramurkaan Prabu Dasamuka hanya dapat ditaklukkan oleh Prabu Arjuna Sasrabahu, raja negara Maespati, dan Resi Subali, brahmana kera dari pertapaan Sonyapringga. Akhirnya Prabu Dasamuka harus takluk oleh Prabu Ramawijaya, satria titisan Bhatara Wisnu.
Dasamuka dikejar-kejar oleh panah Gowawijaya yang ditembakkan oleh Ramawijaya. Ketika dikejar panah tersebut, Anoman pun ikut mengejar Dasamuka ke mana pun lari hingga Dasamuka bersembunyi di kedua gunung kembar. Ternyata gunung kembar tersebut perlahan-lahan mendekati Dasamuka dan menghimpitnya. Dasamuka pun akhirnya terjepit untuk selama-lamanya, tidak mati namun juga tak bisa ke mana-mana lagi.
Kedua gunung kembar tersebut ternyata penjelmaan anak kembar Dasamuka sendiri yang dulu dipenggal kepalanya untuk mengelabui Dewi Sinta bahwa dua kepala yang dipenggal adalah kepala Ramawijaya dan Leksmana. Begitulah, kedua anak kembar tersebut telah menjalankan karmanya dengan melakukan "balas dendam" terhadap ayah mereka sendiri yang telah banyak membuat angkara murka.
Jambumangli
Ditya JAMBUMANGLI adalah putra Ditya Maliawan, adik Prabu Sumali, raja negara Alengka. Meski memiliki bentuk tubuh agak pendek menurut ukuran raksasa, karena ketekunannya bertapa, Jambumangli menjadi sangat sakti.
Jambumangli sebenarnya ingin memperistri Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, yang berarti saudara sepupunya sendiri. Tetapi keinginan itu hanya disimpan dalam hati, takut berterus terang. Ketika Dewi Sukesi menjadi lamaran banyak satria dan raja-raja, dan Dewi Sukesi sendiri juga mengeluarkan persyaratan penjabaran ilmu Sastra Harjendra Yuningrat, Jambumangli mengajukan persyaratan kepada Prabu Sumali: bahwa hanya mereka yang dapat mengalahkannya yang berhak memperistri Dewi Sukesi.
Akhirnya Jambumangli tewas dalam pertempuran melawan Resi Wisrawa, brahmana dari pertapaan Girijembatan yang datang melamar Dewi Sukesi untuk putranya, Prabu Danaraja raja negara Lokapala. Resi Wisrawa juga berhasil menjabarkan ilmu Sastra Harjendra Yuningrat. Jambumangli mati dalam keadaan yang sangat menyedihkan. Anggota tubuhnya terpotong-poptong. Sebelum ajal merenggut jiawanya, Jambumangli mengeluarkan kutukan, bahwa kelak akan ada anak Wisrawa yang mati dengan cara yang sama seperti dirinya.
Kumbakarna
Arya KUMBAKARNA adalah putra kedua Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, raja negara Alengka. Ia memunyai tiga orang saudara kandung bernama: Dasamuka/Rahwana, Dewi Sarpakenaka, dan Arya Wibisana. Kumbakarna juga memunyai saudara lain ibu bernama Wisrawana/Prabu Danaraja raja negara Lokapala, putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati.
Kumbakarna berkedudukan di kesatrian/negara Leburgangsa. Ia berwatak jujur, berani karena benar, dan cinta tanah air. Pada waktu muda ia pergi bertapa dengan maksud agar dapat anugerah dewa berupa kejujuran dan kesaktian. Kumbakarna pernah ikut serta Prabu Dasamuka menyerang Suralaya, dan memeroleh Dewi Aswani sebagai istrinya. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra bernama Kumba-kumba (Kumbaaswani) dan Aswanikumba.
Pada waktu pecah perang, negara Alengka diserang balatentara kera Prabu Rama di bawah panglima perang Narpati Sugriwa untuk membebaskan Dewi Sinta yang disekap Prabu Dasamuka, Kumbakana maju sebagai senapati perang. Ia berperang bukan membela keangkaramurkaan Prabu Dasamuka melainkan membela negara Alengka, tanah leluhurnya yang telah memberinya hidup.
Kumbakarna akhirnya gugur dalam pertempuran melawan Prabu Rama dan Laksmana. Tubuhnya terpotong-potong menjadi beberapa bagian oleh hantaman senjata panah yang dilepas secara bersamaan. Apa yang terjadi pada diri Kumbakarna merupakan karma perbuatan Resi Wisrawa, ayahnya tatkala membunuh Jambumangli.
Leksmana
LEKSMANA atau LAKSAMANA WIDAGDA adalah putra Prabu Dasarata, raja negara Ayodya dengan permaisuri kedua Dewi Sumitra, putri Prabu Ruryana raja negara Maespati. Ia memunyai empat orang saudara seayah lain ibu bernama: Ramawijaya/Ramadewa (dari permaisuri Dewi Kusalya), Barata, Satrugna, serta Dewi Kawakwa (ketiganya dari permaisuri Dewi Kekayi).
Leksmana bertempat tinggal di kesatrian Girituba. Ia seorang satria brahmacari (tidak kawin). Ia memunyai watak halus, setia, dan tak kenal takut. Sejak kecil Leksmana sangat rapat dan sangat sayang kepada Ramawijaya.
Leksmana diyakini sebagai titisan Bhatara Suman, pasangan Bhatara Wisnu. Dengan setia Leksmana mengikuti Ramawijaya, yang merupakan titisan Wisnu, menjalani pengasingan selama 13 tahun bersama Dewi Sinta. Ketika Dewi Sinta diculik Prabu Dasamuka dari tengah hutan Dandaka dan disekap di Taman Argasoka negara Alengka, Leksmana membantu perjuangan Ramawijaya merebut dan membebaskan kembali Dewi Sinta dari sekapan Prabu Dasamuka.
Dalam perang besar di Alengka, Leksmana banyak menewaskan senapati ulung andalan Alengka. Ia menewaskan Dewi Sarpakenaka serta Indrajid/Megananda, keduanya adik dan putra kesayangan Prabu Dasamuka.
Setelah berakhirnya perang dan Ramawijaya beserta Dewi Sinta kembali ke negara Ayodya, dengan setia Leksmana tetap membantu Prabu Ramawijaya mengatur tata pemerintahan negara Ayodya. Ia meninggal dalam usia lanjut, dan jenazahnya dimakamkan di Gunung Kutarunggu berdampingan dengan makam Prabu Ramawijaya.
Lembusura
LEMBUSURA berwujud raksasa berkepala sapi (lembu). Karena kesaktiannya, dia diangkat menjadi patih negara Gowa Kiskenda di bawah pemerintahan Prabu Maesasura, raksasa berkela kerbau. Ia memunyai saudara seperguruan bernama Diradasura, berwujud raksasa berkepala gajah.
Oleh Prabu Maesasura, patih Lembusura ditugaskan pergi ke Suralaya untuk melamar Dewi Tara, putri SangHhyang Indra dengan Dewi Wiyati. Ia pergi disertai Diradasura. Ketika lamarannya ditolak oleh Bhatara Guru, dengan wewenang yang diberikan rajanya, Lembusura dan Diradasura mengamuk di Suralaya dan berhasil mengalahkan para Dewa. Bhatara Guru kemudian menugaskan Bhatara Narada turun ke Arcapada, meminta bantuan Sugriwa, putra Resi Gotama dengan Dewi Windradi/Indradi dari pertapaan Erraya/Grastina yang saat itu sedang bertapa ngijang di hutan Sunyapringga.
Dalam pertempuran di Mrepatkepanasan (nama lapangan di Suralaya). Lambusura dan Diradasura
akhirnya mati oleh Sugriwa.
Maesasura
PRABU MAESASURA adalah raja negara Gowa Kiskenda. Ia berwujud raksasa berkepala kerbau. Prabu
Maesasura memunyai seorang patih yang bernama Lembusura, raksasa berkepala sapi. Prabu Maesasura sangat sakti karena memunyai saudara seperguruan bernama Jatasura, seekor harimau yang memiliki rambut gimbal di lehernya. Prabu Maesasura dan Jatasura seolah-olah dua jiwa yang satu, keduanya tidak dapat mati, apabila hanya satu dari mereka yang tewas.
Karena merasa sangat sakti, Prabu Maesasura datang ke Kahyangan Kaindran untuk melamar Dewi Tara, putri sulung Bhatara Indra dengan Dewi Wiyati. Kalau lamarannya ditolak, Prabu Maesasura dan Jatasura mengancam akan menghancurkan Kahyangan Keindran dengan seluruh bala tentaranya yang sangat kuat.
Bhatara Indra kemudian meminta bantuan kepada Subali dan Sugriwa, keduanya putra Resi Gotama dengan Dewi Indradi dari pertapaan Grastina/Erraya, untuk menghadapi dan membunuh Prabu Maesasura, Jatasura, dan Lembusura. Prabu Maesasura, dan Jatasura akhirnya dapat dibinasakan oleh Subali yang menantang masuk ke dalam Gowa Kiskenda. Kepala Maesasura dan Jatasura diadu kumba (saling dibenturkan satu dengan yang lain) hingga pecah dan mati seketika di dalam saat yang bersamaan. Sedangkan patih Lembusura dapat dibinasakan oleh Sugriwa.
Prabu Danaraja
PRABU DANARAJA yang waktu mudanya bernama Wisrawana, dikenal pula dengan Prabu Danapati dan Prabu Bisawarna. Ia adalah putra tunggal Resi Wisrawa, raja negara Lokapala dengan permaisuri Dewi Lokawati, putri Prabu Lowana dengan Dewi Lokati. Danaraja juga memunyai empat saudara seayah lain ibu, putra Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali dari negara Alengka, bernama: Rahwana/Dasamuka, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Arya Wibisana.
Prabu Danaraja menjadi raja negara Lokapala menggantikan ayahnya, Resi Wisrawa, yang mengundurkan diri hidup sebagai brahmana di pertapaan Girijembatan. Ia sangat sakti karena memiliki aji Rawarontek dan pusaka Gandik Kencana. Prabu Danaraja gagal memperistri Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali raja negara Alengka. Dewi Sukesi malah diperistri ayahnya sendiri, Resi Wisrawa, yang telah berhasil menjabarkan ilmu Sastra Harjendra Yuningrat dan membunuh Ditya Jambumangli. Prabu Danaraja kemudian menyerang negara Alengka dan bertempur dengan ayahnya sendiri. Dalam pertempuran tersebut, ia berhasil membunuh Resi Wisrawa.
Beberapa tahun kemudian perbuatan Prabu Danaraja dibalas oleh Rahwana/Dasamuka. Ia tewas terbunuh dalam peperangan melawan Dasamuka. Sebelum menemui ajalnya, Prabu Danaraja terlebih dahulu menyerahkan aji Rawarontek dan pusaka Gandik Kencana kepada Dasamuka.
Prahasta
Patih PRAHASTA adalah putra Prabu Sumali, raja raksasa negara Alengka dengan Dewi Desidara. Ia memunyai kakak kandung bernama Dewi Sukesi yang menjadi istri Resi Wisrawa dari pertapaan Girijembatan, wilayah negara Lokapala.
Prahasta berwatak jujur, setia, dan penuh pengabdian. Ia sesungguhnya putra mahkota negara Alengka.
Tetapi karena ia takut dengan kesaktian yang dimiliki Rahwana, putra Dewi Sukesi dengan Resi Wisrawa, Prahasta merelakan tahta negara Alengka oleh ayahnya diberikan kepada Rahwana dan dia bersedia menduduki jabatan patih.
Ketika pecah perang Alengka, Prahasta maju sebagai senapati perang setelah gugurnya Dewi Sarpakenaka. Tak terhitung jumlah balatentara kera Prabu Rama yang mati oleh keganasan Prahasta. Anila patih negara Kiskenda akhirnya maju menghadapi keperkasaan Prahasta, dengan siasat perang menghindar, mundur, dan balas menyerang. Prahasta terus mengejar Anila, hingga pertempuran sampai di tepi hutan. Anila yang hampir terjebak tiba-tiba melihat sebuah patung batu. Dengan mengerahkan seluruh tenaganya patung itu diangkatnya dan dihantamkan ke kepala Prahasta. Prahasta tewas seketika dengan kepala hancur bersamaan dengan pecahnya tugu tersebut. Kiranya tugu itu adalah penjelmaan Dewi Indradi, ibu dari Dewi Anjani, Subali dan Sugriwa yang terkena kutuk Resi Gotama, suaminya sendiri.
Sarpakenaka
Dewi SARPAKENAKA adalah putri ketiga Resi Wisrawa dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali, raja negara Alengka. Ia memunyai tiga orang saudara kandung bernama: Dasamuka/Rahwana, Arya Kumbakarna, dan Arya Wibisana. Sarpakenaka juga mempunyai saudara seayah lain ibu: Prabu Danaraja/Danapati, raja negara Lokapala, putra Resi Wisrawa dengan Dewi Lokawati.
Walau seorang raksesi, Sarpakenaka sangat sakti. Ia memiliki kuku yang berbisa ular dan merupakan senjata pusaka yang diandalkan. Sarpakenaka berwatak: congkak, ganas, bengis, angkara murka, dan serakah. Ia memunyai dua orang suami bernama: Ditya Kardusana dan Ditya Nopati.
Dengan kesaktiannya Dewi Sarpakenaka pernah beralih rupa menjadi wanita cantik dan merayu Leksmana di hutan Dandaka dan ingin menjadi istrinya. Lamarannya ditolak. Karena ia tetap memaksakan kehendaknya, membuat Leksmana marah dan memangkas kutung hidungnya serata pipi.
Pada waktu negara Alengka diserbu Prabu Rama dengan balatentara keranya dalam upaya membebaskan Dewi Shinta yang diculik dan disekap Prabu Dasamuka, Dewi Sarpakenaka maju sebagai senapati perang Alengka.. Dengan penuh dendam ia bertempur melawan Laksmana. Akhirnya Sarpakenaka mati terbunuh oleh panah sakti Surawijaya, setelah sebelumnya kuku saktinya dicabuti oleh Anoman.
Sinta
Dewi SINTA adalah putri Prabu Janaka, raja negara Mantili atau Mitila (Mahabharata). Dewi Sinta diyakini sebagai titisan Bhatari Sri Widowati, istri Bhatara Wisnu. Selain sangat cantik, Dewi Sinta merupakan putri yang sangat setia, jatmika (selalu dengan sopan santun), dan suci trilaksita (ucapan, pikiran dan hati). Dewi Sinta menikah dengan Ramawijaya, putra Prabu Dasarata dengan Dewi Kusalya dari negara Ayodya, setelah Rama memenangkan sayembara mengangkat busur Dewa Siwa di negara Mantili. Dari perkawinan tersebut ia memeroleh dua orang putra bernama: Lawa dan Kusya.
Dengan setia Dewi Sinta mengikuti suaminya, Ramawijaya, menjalani pengasingan. Karena terpesona oleh keindahan Kijang Kencana penjelmaan Ditya Marica, Dewi Sinta akhirnya diculik oleh Prabu Dasamuka dan ditawan di Taman Argasoka negara Alengka hampir 12 tahun lamanya. Ia akhirnya dapat dibebaskan oleh Ramawijaya, setelah berhasil membinasakan Prabu Dasamuka dan semua senapati perang Alengka.
Menurut Mahabharata, Dewi Sinta tidak lama tinggal di istana Ayodya sebagai permaisuri Prabu Rama. Karena kecurigaan Prabu Rama terhadap kesucian Dewi Sinta walau telah dibuktikan dengan hukum bakar di Alengka, Dewi Sinta kemudian diasingkan dari istana Ayodya, dan hidup di pertapaan Resi Walmiki. Di tempat itulah Dewi Sinta melahirkan kedua putra kembarnya: Lawa dan Kusya. Akhir riwayatnya diceritakan, Dewi Sinta mati ditelan bumi saat akan boyong kembali ke istana Ayodya.
Sukesi
Dewi SUKESI adalah putri sulung Prabu Sumali, raja negara Alengka dengan permaisuri Dewi Desidara. Ia memunyai adik kandung bernama Prahasta. Walau ayahnya berwujud raksasa, Dewi Sukesi berwajah cantik seperti ibunya, seorang hapsari/bidadari. Ia berwatak sangat bersahaja, jujur, setia, dan kuat dalam pendirian.
Setelah dewasa Dewi Sukesi menjadi lamaran para satria dan raja. Untuk menentukan pilihan, Dewi Sukesi menggelar sayembara: barang siapa yang bisa menjabarkan ilmu Sastra Harjendra Yuningrat dialah yang berhak menjadi suaminya. Pamannya, Ditya Jambumangli putra Ditya Maliawan, yang secara diam-diam mencintai Dewi Sukesi, ikut mengajukan satu persyaratan: hanya mereka yang dapat mengalahkan dirinya yang berhak mengawini Dewi Sukesi.
Sayembara akhirnya dimenangkan oleh Resi Wisrawa, brahmana dari pertapaan Girijembatan, yang
meminang Dewi Sukesi atas nama putranya, Prabu Wisrawana/Danaraja, raja negara Lokapala. Selain dapat menjabarkan ilmu Sastra Harjendra Yuningrat", Resi Wisrawa juga berhasil membunuh Ditya Jambumangli. Dewi Sukesi menolak dinikahkan dengan Prabu Danaraja, lebih memilih menikah dengan Resi Wisrawa. Dari perkawinan tersebut, ia memperoleh empat orang putra, masing-masing: Rahwana, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Arya Wibisana.
Dewi Sukesi diceritakan meninggal karena sedih dan sakit setelah istana Alengka dibakar oleh Anoman.
Sumali
Prabu SUMALI adalah putra Prabu Suksara, raja raksasa negara Alengka dengan permaisuri Dewi Subakti. Ia mempunyai adik kandung bernama Ditya Maliawan. Prabu Sumali menjadi raja negara Alengka menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu Suksara yang mengundurkan diri hidup sabagai brahmana.
Prabu Sumali adalah raja Aditya yang berwatak brahmana. Ia memerintah negara dengan arif dan bijaksana, adil dan jujur. Prabu Sumali menikah dengan Dewi Desidara, seorang hapsari keturunan Bhatara Brahma dari permaisuri Dewi Sarasyati. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh dua orang putra: Dewi Sukesi dan Prahasta.
Atas desakan Ditya Jambumangli, putra Ditya Maliawan, Prabu Sumali menyelenggarakan sayembara tanding untuk mencari jodoh bagi putrinya, Dewi Sukesi. Sayembara itu dimenangkan oleh Resi Wisrawa dari pertapaan Girijembatan wilayah negara Lokapala setelah menewaskan Ditya Jambumangli, dan berhasil menjabarkan ilmu Sastra Harjendra Yuningrat atas permintaan Dewi Sukesi.
Setelah usianya lanjut dan merasa tak mampu lagi menangani pemerintahan negara, Prabu Sumali kemudian menyerahkan kekuasaan kerajaan Alengka kepada cucunya, Rahwana, putra Dewi Sukesi dengan Wisrawa. Prabu Sumali meninggal setelah peristiwa pembakaran istana Alengka oleh Anoman.
Wisrawa
Resi WISRAWA adalah putra Resi Supadma dari pertapaan Giri Jembatan, masih keturunan Bhatara
Sambodana, putra Bhatara Sambu. Resi Wisrawa sangat sakti dan termasyhur dalam ilmu Kasidan. Ia kemudian dinikahkan dengan saudara sepupunya. Dewi Lokawati, putri Prabu Lokawana raja negara Lokapala dengan permaisuri Dewi Lokati. Dari perkawinan tersebut ia memeroleh seorang putra bernama Wisrawana.
Setelah Prabu Lokawana mangkat, atas perkenan Dewi Lokawati, Resi Wisrawa dilantik menjadi raja negara Lokapala. Ia tidak lama memerintah. Setelah Wisrawana dewasa, takhta kerajaan diberikan kepada putranya. Resi Wisrawa kemudian hidup sebagai brahmana di pertapaan Girijembatan. Wisrawana menjadi raja negara Lokapala bergelar Prabu Danaraja/Danapati atau Prabu Wisawarna.
Resi Wisrawa menikah dengan Dewi Sukesi, putri Prabu Sumali raja negara Alengka dengan Dewi Desidara.
Perkawinan terjadi setelah Resi Wisrawa berhasil menjabarkan ilmu Sastra Harjendra Yuningrat dan membunuh Ditya Jambumangli dalam sayembara memperebutkan Dewi Sukesi. Dari perkawinan tersebut ia memeroleh empat
orang putra: Rahwana/Dasamuka, Arya Kumbakarna, Dewi Sarpakenaka, dan Arya Wibisana.
Prabu Danapati, putranya, yang juga menginginkan Dewi Sukesi, begitu mengetahui Dewi Sukesi diperistri ayahnya sendiri, segera menyerang negara Alengka. Terjadilah pertempuran antara anak dan ayah. Akhirnya Resi Wisrawa tewas lemas kehabisan nafas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar