Ada apa dengan wayang?
Mengapa anak-anak muda tidak menyenangi wayang?
Adakah yang salah dengan wayang?
Di antara banyak kesenian tradisional, wayang merupakan salah satu warisan budaya yang masih digemari sampai saat ini. Wayang merupakan gambaran kehidupan manusia dan di dalam pertunjukkan wayang terdapat pelajaran dan pendidikan tentang kebenaran. Namun sangat disayangkan, karena esensi nilai pertunjukan wayang sekarang sudah tergeser, yang pada mulanya wayang adalah tontonan sekaligus tuntunan, sekarang hanya bisa menjadi tontonan.
Anak-anak dan remaja sangat akrab dengan komik, film kartun dan animasi asing. Saking akrabnya, mereka mengidolakan tokoh-tokoh superhero itu. Sementara dalam khazanah kebudayaan kita, seperti cerita pewayangan, ada banyak tokoh yang pantas diteladani, tetapi mereka tak mendapatkan cerita itu. Walaupun seni pewayangan masih eksis pada saat ini, namun keberadaannya mulai tergeser oleh budaya lain, tapi masih ada akar-akar yang kuat dari budaya wayang yang ada dalam masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Sehingga, perlu adanya suatu program pelestarian budaya khususnya budaya seni pewayangan agar keberadaannya terus eksis dan tidak semakin tergeser.
Padahal dalam kisah-kisah wayang banyak terdapat falsafah-falsafah yang bermanfaat yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat petuah-petuah kehidupan yang bermanfaat, disamping memberikan hiburan. Kemudian petuah-petuah bagi para pemimpin yang digambarkan oleh tokoh-tokoh raja yang menginginkan kemakmuran bagi rakyatnya, memerangi kebathilan di negara kekuasaanya sangat jelas digambarkan dalam kisah pewayangan.
Walaupun kisah wayang sebenarnya merupakan budaya India yang kemudian diadaptasi menjadi budaya Indonesia. Namun kisah wayang Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena memiliki banyak perbedaan dari kisah asli India. Salah satu babon wayang yang paling dikenal luas oleh masyarakat berasal dari Naskah Purwacarita atau yang lebih di kenal sebagai wayang PURWA. Selain naskah Purwacarita terdapat juga naskah wayang yang lain yaitu : Serat Kanda dan Purwakanda. Namun di antara ketiga babon ini naskah Purwacarita yang lebih banyak di kenal masyarakat luas. Demikian juga dengan tokoh-tokoh wayang Purwa yang tidak ada didalam kisah aslinya, seperti : Semar, Bagong, Gareng, Petruk, Togog, Mbilung, Sukasrana, Sumantri, Batara Antaga, Batara Ismaya, dll. Dengan demikian bisa dikatakan kisah PURWACARITA merupakan pengembangan dari kisah asli India yang di tulis oleh para Pujangga Nusantara seperti mpu Prapanca, Tantular, dll.
Walaupun ada sejumlah pendapat yang meyakini wayang tidak akan mati di negeri ini, karena sejumlah pergelaran di di tanah air selalu dibanjiri penonton. Tapi di sisi lain, ada kekhawatiran bila tidak dimulai dari sekarang mengenalkan wayang pada generasi muda, wayang hanya akan dikenal dan dikenang dalam dokumen sejarah. Karena generasi muda lebih mengenal tokoh superhero Superman ketimbang Gatotkaca atau Bima. Jika hal ini sampai terjadi tentu akan sangat memprihatinkan.
”Wayang yang merupakan peradaban adiluhung bangsa yang sarat nilai dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa,” ujar Sudjiwo Tedjo.
Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, dan menyadari kayanya negara kita akan kekayaan kesenian mengapa kita tidak memulai dari diri sendiri untuk mengagumi sekaligus melestarikan budaya kesenian itu, tidak hanya wayang saja, tetapi semua kesenian yang ada di indonesia ini.
Seandainya saja kita tidak mulai melestarikan dan mengenalkan wayang kulit khususnya, maka ada kemungkinan beberapa tahun kebelakang anak-anak kita sebagai generasi penerus tidak mengerti kisah wayang Purwa? Saat ini saja banyak diantara generasi muda ketika ditanya tokoh-tokoh wayang hanya menggelengkan kepala tidak tahu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar